Mungkinkah serangan Jantung-Pembuluh Darah dicegah hanya dengan mengkonsumsi obat sekali sehari?
Pesatnya perkembangan kasus penyakit Jantung dan Pembuluh Darah di negara kita, bisa kita lihat dari laporan WHO di Jenewa tahun 1998. Prosentase jumlah kematian dengan penyebab utama akibat serangan Jantung dan Pembuluh darah menurun di negara maju. Tahun 1985 angkanya pada 51%, sedangkan tahun 1990 menurun mencapai 48% dan pada tahun 1997 sudah mencapai 46%. Trend ini berbeda dengan negara berkembang yang angkanya meningkat terus. Dari 16% (1985) menjadi 17% (1990) hingga 24% (1997). Survei Kesehatan Rumah Tangga di Indonesia memperoleh hasil yang sama. Tahun 1985 hanya 5,9% namun meningkat menjadi 9,1% di tahun 1990 dan akhirnya pada tahun 1997 tercatat 19%.
Penelitian lebih detail yang dilakukan oleh Prof Dede Kusmana pada tahun 2002, dengan judul “Pengaruh tidak/stop merokok disertai olahraga teratur, dan/atau pengaruh kerja fisik terhadap daya survival penduduk di Jakarta: penelitian KOHORT selama 13 tahun” (Disertasi) 2002. hal. 88, melukiskan bahwa serangan Kardiovaskuler menduduki tempat pertama (42,9%) dibandingkan serangan penyebab kematian yang lain seperti: Stroke (26,8%), Lung (9,8%) dan Cancer (5,4%).
Dalam slide berikutnya, Prof Dede memaparkan hasil penelitiannya tahun 2002 yang melukiskan bahwa terdapat hubungan antara Penyakit Jantung dan Stroke. Makin parah penyakit hipertensinya maka harapan hidupnya menjadi lebih rendah. Karena itu sangat penting bagi para dokter untuk menjaga tekanan darah pasiennya, berapapun usianya.
Obat Anti Hipertensi yang bekerja dalam 24 jam
Salah satu ‘kerepotan’ penderita dalam menjalankan terapi anti hipertensi adalah produk yang dipergunakan harus diminum dua atau tiga kali sehari. Untuk jangka pendek, mungkin hal ini tidak terlalu merepotkan, namun jika hal ini dilakukan terus menerus seumur hidup (umumnya obat hipertensi), bukan tidak mungkin bisa terlewatkan waktu minum obat.
Mengantisipasi hal tersebut, baru-baru ini, PT Kalbe Farma memperkenalkan obat dengan merk dagang Divask yang berisi zat aktif Amlodipine Besylate. Terdapat 2 dosis yang saat ini tersedia yaitu tablet 5 mg dan 10 mg. Cara kerja obat yang hanya cukup diminum sehari sekali tersebut adalah dengan menghambat masuknya ion calcium ke dalam otot jantung dan otot polos pembuluh darah. Dengan penghambatan ini maka kontraksi baik otot jantung maupun otot polos pembuluh darah (terutama pembuluh darah perifer) adakan menurun atau mengalami vasodilatasi. Pada akhirnya aktifitas Divask adalah menurunkan tekanan darah. Untuk menjamin produk ini, Divask telah diuji Bio Availabiliti dan Bio Ekuivalensi (BA BE) di Departement Farmakologi Klinik FK UGM pada tahun 2006.
Hati-hati pada mereka yang mengalami gangguan liver
Karena zat aktif Divask (Amlodipine Besylate) hampir seluruhnya (90%) di metabolisme di hati, maka penggunaan obat ini pada mereka yang telah mengalami gangguan hati harus dimonitor dengan teliti. Begitu juga pada mereka yang mengalami gagal jantung atau usia lanjut.
Sumber : http://drhandri.wordpress.com/
0 comments:
Post a Comment