Sunday, August 28, 2011

TBC Paru: Penyebab Kematian Ke-2 Di Indonesia

Apa itu Tuberculosis ?
Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri “Mycobacterium tuberculosis “. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Kuman ini dapat menyerang semua bagian tubuh manusia, dan yang paling sering terkena adalah organ paru (90%). Di Indonesia, TBC adalah penyebab kematian ke-2 setelah penyakit jantung dan pembuluh darah lainnya. Selain dari itu Indonesia adalah negara ke-3 di dunia yang mempunyai penderita TBC terbanyak setelah Cina dan India. TBC banyak terdapat di kalangan penduduk dengan kondisi sosial ekonomi rendah dan menyerang golongan usia produktif (15-54 tahun). Sekitar 3/4 pasien TBC adalah golongan usia produktif. TBC membunuh lebih banyak kaum muda dan wanita dibandingkan dengan penyakit menular lainnya. Di seluruh dunia terdapat sekitar 2-3 juta orang meninggal akibat TBC setiap tahunnya. Sesungguhnya kematian akibat TBC dapat dihindari. Setiap tahun sebesar 1% dari seluruh penduduk dunia sudah tertular oleh kuman TBC (walaupun belum terjangkit oleh penyakitnya).

Bagaimana TBC menular?
TBC menular melalui udara apabila orang yang membawa TBC dalam paru-paru atau tenggorokan batuk, bersin, atau berbicara, lalu kuman dilepaskan ke udara. Apabila orang lain menghirup kuman ini mereka mungkin terinfeksi. TBC dapat menular ke semua orang dan yang menularkan adalah mereka yang di dalam dahaknya terdapat kuman TBC. Kebanyakan orang mendapat kuman TBC dari orang yang sering berada dekat dengan mereka, seperti anggota keluarga, teman, atau rekan sekerja. Pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. TBC tidak menular melalui barang dan peralatan rumah, misalnya sendok garpu, periuk, gelas, seprai, pakaian atau telepon, jadi tidak diperlukan barang dan peralatan baru untuk kegunaan sendiri.

Apakah “infeksi TBC”?
Infeksi TBC berarti bahwa kuman TBC berada dalam tubuh meskipun tidak aktif. Seringkali, setelah kuman TBC memasuki badan, kekebalan tubuh mengontrol kuman tersebut. Namun, kuman ini masih hidup dalam tubuh bertahun-tahun lamanya dalam bentuk tidak aktif. Sewaktu kuman TBC tidak aktif, kerusakan tidak timbul, dan penyakit tidak dapat ditularkan kepada orang lain. Orang demikian “terinfeksi“, meskipun tidak sakit. Bagi kebanyakan orang (90%) kuman ini akan tetap tidak aktif. Satu-satu caranya seseorang dapat mengetahui apakah telah terinfeksi adalah jika ada hasil positif untuk tes kulit khusus.

Kapan “infeksi” menjadi “penyakit”?
Mungkin juga, kuman TBC tidak aktif berubah menjadi aktif kendati setelah bertahun-tahun. Hal ini sering terjadi apabila kekebalan tubuh dilemahkan, akibat usia lanjut, penyakit parah, peristiwa yang menimbulkan stres, penyalahgunaan narkotik atau alkohol, infeksi HIV (virus yang menyebabkan penyakit AIDS) atau penyakit-penyakit lain. Apabila kuman TBC yang tidak aktif berubah menjadi aktif, kuman tersebut berkembang biak dan mungkin merusakkan paru-paru atau bagian tubuh yang lain. Jika kuman TBC menjadi aktif, penyakit TBC bisa timbul. Hanya sekitar 10% orang yang terinfeksi dengan kuman TBC akan mendapat penyakit TBC.

Gejala Penyakit TBC
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.

Gejala sistemik/umum:
• Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
• Penurunan nafsu makan dan berat badan.
• Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
• Perasaan tidak enak, mudah lelah.

Gejala khusus:
• Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara “mengi”, suara nafas melemah yang disertai sesak.
• Jika ada cairan di rongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada.
• Jika mengenai tulang, akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
• Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran, dan kejang-kejang.

Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi jika diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang kontak dengan penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan–5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.

Tes-tes yang biasa dilakukan untuk TBC:
1. Tes Kulit Tuberkulin (Tes Mantoux) menunjukkan apakah seseorang mungkin terinfeksi.
2. Rontgen X-ray dada dapat menunjukkan apakah ada kesan-kesan TBC pada paru-paru.
3. Tes dahak menunjukkan apakah ada kuman TBC dalam dahak yang dibatukkan.

Apa saja yang harus diperiksa untuk penyakit TBC?
• Anamnesis (riwayat penyakit, keluhan) dan pemeriksaan klinis
• Tes Mantoux untuk mengetahui apakah pernah terinfeksi atau belum (terutama pada anak-anak)
• Pemeriksaan sputum atau dahak mikroskopik dan biakan
• Pemeriksaan foto rontgen paru
• Pemeriksaan laju endap darah
• Uji Tuberkulin

Pengobatan TBC
• Minum obat dengan teratur dan benar sesuai dengan anjuran dokter selama 6 bulan berturut-turut tanpa terputus. Jenis, jumlah, dan dosis obat yang cukup serta teratur dalam menjalankan proses pengobatan.Bila minum obat tidak teratur maka dapat berakibat kuman TBC tidak mati, tumbuh resistensi obat, kuman menjadi kebal sehingga penyakit TBC sulit sembuh.
• Makan makanan yang baik dengan gizi yang seimbang
• Istirahat yang cukup
• Berhenti merokok, hindari minum minuman beralkohol, dan obat bius
• Anggota keluarga ikut aktif dalam memperhatikan si penderita dalam meminum obatnya secara teratur dan benar
• Dianjurkan meminum obat dalam keadaan perut kosong (pagi)

Mengapa harus melakukan pemeriksaan rutin?
Pemeriksaan rutin harus dilakukan bagi penderita penyakit TBC, agar dapat memantau kemajuan pengobatan, mengetahui ada atau tidak adanya efek samping obat, memeriksa kesehatan, dan memberikan informasi yang diperlukan.

Bagaimana cara pencegahan penyakit TBC?
• Minum obat secara teratur sampai selesai
• Menutup mulut waktu bersin atau batuk
• Tidak meludah di sembarang tempat
• Meludah di tempat yang kena sinar matahari atau di tempat yang diisi sabun atau karbol/lisol

Untuk keluarga:
• Jemur tempat tidur bekas penderita secara teratur
• Buka jendela lebar-lebar agar udara segar & sinar matahari dapat masuk sebab kuman TBC akan mati bila terkena sin
ar matahari
• Imunisasi pada bayi
• Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makanan bergiziTBC adalah penyakit yang dapat disembuhkan, untuk mencapai hal tersebut penderita dituntut untuk minum obat secara benar sesuai yang dianjurkan oleh dokter serta teratur untuk memeriksakan diri ke klinik/puskesmas.

Apakah TBC dapat kambuh kembali?
Anda dapat terkena TBC kembali bahkan setelah dinyatakan sembuh. Hal ini dapat terjadi bila kontak dengan penderita TBC lainnya masih ada, dan kondisi fisik serta lingkungan anda mendukung penyebaran penyakit.
Sumber :
http://www.dinkes-dki.go.id/tbc1.html
http://www.health.nsw.gov.au/mhcs/publication_pdfs/6140/DOH-6140-IND.pdf
http://www.medicastore.com/tbc/penyakit_tbc.htm
http://www.ppti.info/id/tentang_TBC.php
http://www.tanyadokteranda.com/artikel/2007/07/tbc-paru-penyebab-kematian-ke-2-di-indonesia

0 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP