Sindroma Ovarium Polikistik, Penyebab Gangguan Haid
Pertanyaan yang masuk kedalam blog ini rata2 menanyakan gangguan haid yang terjadi, dan kebimbangan apakah kelak bisa hamil.
Sebenarnya apa sih yang menyebabkan haid menjadi terganggu? tidak dalam siklus yang normal?
Postingan tentang fisiologi haid mungkin yang memicu pertanyaan itu.
Nah, sekarang mari kita sedikit mengulas tentang Sindroma Ovarium Polikistik, si penyebab gangguan haid.
Sindrom Ovarium Polikistik (SOPK) merupakan kelainan endokrinopati yang paling banyak dijumpai pada wanita usia reproduksi.
Sindrom ini ditandai dengan kumpulan beberapa gejala seperti gangguan haid, gangguan ovulasi, hiper androgenism dan gambaran ovarium polikistik.
Kurang lebih 60-70% wanita dengan berat badan lebih, dan 40-50% wanita dengan berat badan normal dapat menunjukkan gejala seperti tersebut diatas.
Tentu saja hal ini menjadi terkait erat dengan kondisi infertilitas (gangguan kesuburan), terutama yang terkait dengan siklus yang tidak berovulasi.
Sindrom ini juga memiliki kaitan erat dengan kondisi resistensi insulin.
Tatalaksana SOPK dengan masalah gangguan kesuburan pertama adalah memperbaiki gaya hidup seperti berolahraga teratur, menciptakan berat badan yang ideal dan menjaga pola makan, kedua adalah menggunakan obat-obatan pemicu kesuburan dan yang ketiga jika memang terdapat resistensi insulin dapat diberikan obat yang dapat meningkatkan sensitivitas insulin.
Tindakan operatif “drilling” ovarium dengan laparoskopi atau pembuatan bayi tabung merupakan upaya terakhir jika cara pengobatan lainnya tidak memberikan hasil yang memuaskan.
Diagnosis Sindrom Ovarium Polikistik (SOPK)
Gejala yang sering dikeluhkan penderita SOPK antara lain adalah siklus haid yang sering terlambat atau tidak datang haid untuk waktu yang lama. Disamping itu terdapat pula gejala lain yang terkait dengan hiperandrogenism seperti wajah yang mudah berjerawat atau tumbuh rambut yang berlebihan pada tempat-tempat yang khas untuk pria, misal kumis, janggut, jambang, dada, perut, punggung dan sebagainya.
Sindrom Ovarium Polikistik dengan gangguan kesuburan
Kondisi gangguan ovulasi menyebabkan SOPK menjadi salah satu penyebab dari gangguan kesuburan. Kondisi oligo/anovulasi dapat dikenali dari adanya perubahan siklus haid. Jika siklus haid yang normal adalah berkisar antara 21-35 hari, maka perubahan siklus haid yang pada awalnya dikeluhkan oleh penderita SOPK ini adalah siklus haid yang jarang (melebihi 35 hari) atau bahkan tidak mendapat haid lebih daripada 3 bulan. Jika kondisi ini telah terjadi menahun maka keluhan gangguan haid lain yang akan dikeluhkan adalah adanya siklus haid yang ireguler atau tidak teratur. Haid menjadi lama, kadang hanya bercak-bercak darah saja, dan kadang menjadi banyak .
Kegemukan, resistensi insulin dan gangguan kesuburan
SOPK sering dikaitkan dengan adanya timbunan lemak tubuh yang berlebihan terutama di dalam rongga perut. Pasien yang memilki indeks massa tubuh (IMT) lebih besar dari pada 25 kg/m2 atau lingkar perut yang lebih besar dari pada 80 cm akan sangat berisiko untuk memiliki kelainan SOPK ini.
Timbunan lemak yang berlebihan terutama di dalam rongga perut akan menimbulkan perubahan keseimbangan zat-zat kimiawi tertentu yang dapat mengakibatkan menurunnya sensitivitas insulin. Kadar insulin menjadi lebih tinggi daripada normal. Kondisi hiperinsulin ini disebut dengan istilah resistensi insulin. Berdasarkan kriteria yang diteliti oleh dr. Muharam dan rekan, maka kondisi resistensi insulin dapat ditegakkan jika dijumpai kadar insulin puasa lebih daripada 10.1 ui/ml atau jika dijumpai nisbah glukosa puasa terhadap insulin puasa kurang daripada 10 ui/ml.
Berdasarkan beberapa penelitian yang ada, ternyata kondisi resistensi insulin hanya dijumpai pada penderita obesitas saja. Namun telah banyak dibuktikan bahwa penderita SOPK dengan berat badan normal pun dapat menunjukkan gejala resistensi insulin. Kondisi resistensi insulin pada penderita SOPK dengan berat badan normal (langsing) terkait erat dengan lingkar pinggang lebih daripada 80 cm atau karena faktor genetika.
Kondisi resistensi insulin dapat dicurigai jika dijumpai gejala klinis seperti IMT>25 kg/m2, lingkar perut>80 cm, lipatan sub-skapula>50 mm, dan akantosis nigrikans pco1
Penanganan gangguan kesuburan
1. Penurunan berat badan dan perubahan gaya hidup
Jika penderita SOPK memiliki IMT yang lebih dari pada 25 kg/m2 maka pilihan terapi utama untuk mengatasi gangguan kesuburan adalah menurunkan berat badan. Penurunan berat badan dapat memperbaiki resistensi insulin dan juga sekaligus dapat mengatasi masalah ovulasi pada SOPK dengan masalah kelebihan berat badan. Prinsip tatalaksana ini adalah memperbaiki gaya hidup. Olah raga teratur, mengurangi asupan kalori yang berlebih, sehingga tercapai berat badan tertentu.
Penurunan berat badan sebesar 5% dapat memperbaiki resistensi insulin dan sekaligus dapat meningkatkan kejadian ovulasi sebesar 50%. Penurunan berat badan sebanyak 5% sudah cukup untuk memperbaiki siklus menstruasi sebesar 80%. Disamping itu penurunan berat badan sebesar 5-10% saja sudah dapat melindungi penderita SOPK dengan resistensi insulin terhadap tipe2 diabetes melitus dan dislipidemia.
Program penurunan berat badan bagi pasien dengan indeks masa tubuh (IMT) antara 27-30 kg/m2 merupakan hal yang sangat penting bagi penderita SOPK. Pengurangan kalori antara 300-500 kalori per hari dapat menurunkan berat badan sebanyak 10% dalam 6 bulan. Bagi penderita SOPK dengan IMT >35 kg/m2, pengurangan kalori sebanyak 500-1000 kalori per hari dapat menurunkan berat badan 500-1000 gram per minggu.
Diet rendah lemak dan gula serta banyak makan sayuran sangat dianjurkan bagi pasien dengan berat badan berlebih atau obesitas.
Olahraga aerobik teratur seperti berjalan kali selama 30 menit per hari dapat bermanfaat untuk menurunkan berat badan. Kegiatan lain seperti yoga, relaksasi, meditasi dan sebagainya dapat dimanfaatkan untuk menurunkan kadar gula darah puasa dan kadar kolesterol.
2. Induksi ovulasi
Terdapat beberapa cara untuk induksi ovulasi. Secara garis besar dapat dibagi menjadi dua, yaitu terapi lini pertama dan terapi lini kedua.
Terapi lini pertama adalah penggunaan obat-obatan, dan obat induksi ovulasi yang terkenal untuk SOPK adalah klomifen sitrat.
Jika terdapat kegagalan klomifen sitrat menghasilkan ovulasi maka perlu diperhatikan kemungkinan adanya resistensi insulin.
Terapi kombinasi antara klomifen sitrat dengan obat yang dapat meningkatkan sensitivitas insulin seperti metformin atau actos® dilaporkan mampu memperbaiki kemampuan ovulasi.
Jika pengobatan lini pertama gagal, maka pilihan berikutnya adalah terapi lini kedua yaitu “drilling” ovarium dengan laparoskopi atau langsung ke program bayi tabung.
Sumber :
Andon Hestiantoro, dr, SpOG, KFER
Divisi Imunoendokrinologi Reproduksi, Departemen Obstetri dan Ginekologi,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, RS. dr. Cipto Mangunkusumo, JAKARTA
http://botefilia.com/index.php/archives/2009/04/10/sindroma-ovarium-polikistik-penyebab-gangguan-haid/
0 comments:
Post a Comment